Gambar. 1 Ilustrasi MPLS tahun 2019 |
A. ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA
Wawasan
adalah suatu pandangan atau
sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat. Wiyata adalah pendidikan. Mandala adalah tempat
atau lingkungan Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan.
Unsur-unsur wiyata mandala:
1. Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala
sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh
atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan
sekolah.
3. Antara
guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk
mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)
4. Warga
sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi martabat dan
citra guru.
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung antarwarga.
B. SEKOLAH DAN FUNGSINYA
Sekolah merupakan tempat
penyelenggaraan PBM, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan,
teknologi dan keterampilan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat
berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:
1. Ilmu
pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan
hidup/kepribadian
3. Hubungan
antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
4. Kemampuan berkarya.
C. FUNGSI SEKOLAH
Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan/tata tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dlam suasana yang dinamis.
D D. CIRI-CIRI
SEKOLAH SEBAGAI MASYARALAT BELAJAR
Ciri-ciri sekolah
sebagai masyarakat belajar adalah :
1. Ada
guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib
2. Tercapainya
masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
3. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.
E. PRINSIP SEKOLAH
Sekolah sebagai Wiyata
Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, juga harus mencegah
masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat
menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku, agama,
asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik.
Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial
budaya dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri
teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya
sikap dan perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah
sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah
seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda
namun lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua yang memberikan
pelayanan dan pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat
(bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman
hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah
sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan pendidik.
Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran pendidik berubah
dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
3. Sekolah
sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi stakeholdernya. Hal
tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge,
maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan
ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah
inklusi).
4. Sekolah
sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan dengan
teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan
intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga
pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik,
kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara
seimbang.
5. Sekolah
sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kemampuan
intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian
yang seimbang.
6. Sekolah
harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan kemampuan emosional dan
sosial, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam
kelompok, dan lain-lain.
7. Sekolah
sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana, jujur, terbuka,
penuh toleransi, rela berkomunikasi dan berinteraksi, ramah tamah dan
bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu khususnya
kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di
dalam lingkungan sekolah.
8. Sekolah
sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat,
salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi
dasar: belajar secara mandiri. Dengan proses pendewasaan yang diberikan di
sekolah, pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan
perintah. Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih
besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya.
9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society). Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik, namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.
F. PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses kegiatan belajar
mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :
1. Ajang promosi /penjualan produk-produk
perniagaan yang tidak berhubungan dengan pendidikan.
2. Sekolah
merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu
yang bertentangan dengan undang-undang.
4. Propaganda
politik/kampanye.
5. Shooting
film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.
G. PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH
1. Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang
bersifat preventif.
2. Untuk
menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan penataan
Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
a) Meningkatkan
koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk dapat mencegah sedini
mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
b) Melaksanakan
tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c) Melakukan
koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan setempat untuk
terselenggaranya ketahanan sekolah.
d) Mengadakan
penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
e) Mengadakan
penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.
f) Pembinaan
dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral Pancasila, kepribadian
sopan santun dan berdisiplin.
g) Pengembangan
logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar membaca/
informasi/penemuan para ahli.
h) Mengikutsertakan
siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
i) Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan IPTEK.
H. TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab memimpin penyelenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan kegiatan-kegiatan :
1. Melaksanakan program-program yang telah
disusun bersama Komite Sekolah.
2. Menyelenggarakan
musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS, Komite Sekolah, tokoh
masyarakat serta pihak keamanan setempat.
3. Menertibkan
lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana prasarana) dan
perangkat lunak (peraturan-peraturan, tata tertib, tata upacara dan lain lain).
4. Mengadakan
pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern sekolah (kepala
sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
5. Menyelenggarakan
kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti PKS, Pramuka, PMR,
Paskibraka, kesenian dan sebagainya.
I. MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Dalam rangka pelaksanaan
Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap permasalahan yang
timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan
secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
1. Tahap
Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat memungkinkan
terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
a) Memelihara
sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan kebersihan dan ketertiban
agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu yang
dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b) Menciptakan
suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk di
sekitar sekolah.
c) Membentuk
jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan siswa di
lingkungan sekolah.
d) Menghilangkan
bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MPLS.
e) Meminimalisir
keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan sekolah.
f) Mengisi
jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.
g) Meningkatkan
kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester dan masa liburan
sekolah.
h) Peningkatan
keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/ usai sekolah.
2. Tahap
Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-peraturan
dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti :
a) Mendamaikan para
pihak yang terlibat perselisihan berikut orangtua/pendidik pembinanya.
b) Membatasi areal
tempat terjadinya aksi.
c) Menetralisir
isu-isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu-isu baru.
d) Berkoordinasi
dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah yang melanggar
keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di lingkungan sekolah.
e) Mengungkap
lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang timbul dan menyelesaikan
secara hukum.
f) Mengikutsertakan
para ahli untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
g) Memberikan
sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.